"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan."
(QS Al-Baqarah: 164)
Dalam ayat di atas setidaknya terdapat tujuh ayat kawniyyah (tanda-tanda kejadian alam):
Pertama, Penciptaan langit dan bumi.
Kedua, Pergantian siang dan malam.
Ketiga, Berlayarnya kapal di lautan.
Keempat, Turunnya hujan.
Kelima, Air yang menghidupi.
Keenam, Tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Ketujuh, Angin dan awan.
Tentu saja masih banyak ayat kawniyah lain yang disebutkan atau belum disebutkan dalam ayat-ayat al-Quran.
Ini menunjukkan betapa banyak dan luas ciptaan Allah. Ciptaan-Nya yang tak terhingga itu digambarkan dalam ilmu-Nya yang sangat luas.
Ini menunjukkan betapa banyak dan luas ciptaan Allah. Ciptaan-Nya yang tak terhingga itu digambarkan dalam ilmu-Nya yang sangat luas.
"Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya."
(QS Al-Baqarah: 255).
Allah berfirman: "Katakanlah, 'Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS Al-Kahfi: 109).
Segala kawn (kejadian) yang diciptaan Allah itu merupakan ayat (tanda-tanda) bagi kaum yang berakal (QS al-Baqarah: 164). Menarik bahwa di dalam al-Quran kata-kata yang menunjukkan proses berpikir, selalu menggunakan fi`il mudhari` (kata kerja kini dan yang akan datang) yang memberikan pengertian terus menerus dalam proses penyempurnaan mencapai ilmu pengetahuan.
Maka proses membaca (yaqra'), melihat (yara), memandang (yanzhur), mengetahui (ya'lam), meneliti (yabhats), memikirkan (ya'qil, yufakkir, ya tafakkar), merenungkan (yatadabbar) dan menghasilkan (ya'mal), menjadi kegiatan ilmiah yang diwajibkan dalam Islam.
Allah menghendaki manusia agar menjadi ulama' (para sarjana, ilmuwan, intelektual, cendekiawan) sehingga semakin tambah teguh keyakinannya kepada Allah. Firman Allah: "Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS Fathir: 28).
Ulama itu adalah orang-orang beriman yang sanggup memaksimalkan peran akal hingga mampu mengukir sejarah, membangun peradaban, dan mengangkat martabat dan kemuliaan.
Al-Quran menyebutkan dengan redaksi yang berbeda-beda untuk menunjuk pada perintah dan anjuran menggunakan akal. Akar kata 'aqala dengan berbagai tashrifnya disebutkan sebanyak 49 kali, dari akar kata fakkara dengan berbagai tashrifnya sebanyak 18 ayat, dari akar kata faqaha sebanyak 20 kali, dari akar kata 'alima sebanyak 679 kali, dari akar kata qara'a sebanyak 70 kali. Bahkan wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah SAW adalah perintah untuk membaca (iqra').
Al-Quran mengecam mereka yang tidak menggunakan akal sebagai binatang (QS Al-A'raf: 179 dan Al-Furqan: 44), dan Allah akan mengangkat seorang mencapai derajat yang setinggi-tingginya karena menguasai ilmu (QS al-Mujadilah: 11).
Allah membenci manusia yang berada dalam al-jahiliyyah (kebodohan) yang sengaja merusak fungsi akal, menelantarkan, atau menghilangkannya. Minuman keras dan mabuk-mabukan, umpamanya, dilarang karena terkait dengan tindakan seseorang dalam merusak fungsi akal. Lihat beberapa ayat dalam al-Quran, seperti dalam Surah Al-Baqarah: 219, Surah An-Nisa': 43, dan Surah Al-Maidah: 90- 91.
Begitu agungnya peran akal dan pentingnya ilmu pengetahuan sehingga dalam tradisi Islam, ilmu pengetahuan ditransmisikan sedemikian rupa sehingga berkembang pesat. Kawasan Islam menjadi pusat perhatian dunia dalam hal ilmu, pencerahan, dan peradaban.
Dari generasi ke generasi semangat mengembangkan ilmu pengetahuan itu terjadi. Penelitian, eksperimentasi, penemuan, dan metodologi keilmuan terus menerus dilakukan oleh kaum intelektual muslim. Pasang surut proyek kerja ilmiah tersebut terjadi dalam sejarah Islam. Namun sejalan dengan mengendurnya aktivitas ilmiah, sikap jumud dan statis, umat Islam dininabobokan oleh kejayaan masa silam, dan kalah bersaing dalam gerakan ilmiah, maka sinar Islam itu redup, cayanya tertutup oleh debu kebodohan, kemiskinan dan keterpurukan.
Wallahu A'lam.
www.rumah-hikmah.com
Tulisan Terkait:
- Alasan Berhenti Berhutang
- Pentingnya Kaum Produsen dalam Sebuah Negara.
- Tanaman Merambat yang menjadi Sumber Pangan
- Al Quran sebagai sumber inspirasi pertanian kita
- Desain Pertanian Qur'ani (menurut Al Qur'an)
- Tugas kita untuk memakmurkan Bumi dan Umat
- Investasi yang Islami, prinsip 1/3 Rule
- Syirkah (Kerjasama) didalam 3 Hal
Info Bisnis:
- Tips Membangun Usaha
- Indahnya mulai Usaha dgn Bootstrapping
- Membuat cita-cita besar
- Rejeki Tidak Terbatas
- Kategorikan Aset Anda
- Bisnis Mandiri kita semua
- Membuat perencanaan Usaha Mandiri
- Musibah oleh Perbuatan Kita Sendiri.
- Sikap kita dalam mengatasi Krisis.
Info Keuangan:
- Dinar Islam
- Dinar Emas sebagai Pengukur Kemakmuran dan Perencanaan Keuangan
- Investasi Emas: Koin Dinar, Emas Lantakan atau Emas Perhiasan ?
- Belajar Emas: Pelajari walau sampai Negeri Cina
- Bangun Ketahanan Ekonomi Keluarga dengan Dinar, tapi Jangan Menimbun Emas...!
- Antara Kambing, Dinar dan Inflasi
- Bukti bahwa Uang Kertas itu Memiskinkan Dunia.
- Inflasi yang Terus Menerus...
- Arti Kemakmuran di System Dajjal.
- 1971 adalah awal dari Manipulasi Uang Kertas.
- Belajar dari Krisis Keuangan Dunia.